Di Seputar Kita News -- Makassar -- Sejak Maret hingga Juni 2024, ada sejumlah mahasiswa melaksanakan program di SD Inpres Banta-Bantaeng I. Mahasiswa lintas kampus itu melaksanakan program Kampus Mengajar (KM) dan program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
"Kita perlu berkolaborasi dengan berbagai kampus. Karena terbukti memberi manfaat bagi sekolah," ungkap Hj Baena, S.Pd, M.Pd, Kepala UPT SPF SD Inpres Banta-Bantaeng I, Rabu, 12 Juni 2024.
Baena menyampaikan itu dalam acara penarikan mahasiswa program Kampus Mengajar dan program PPG di sekolahnya Jalan Mongisidi Baru, Kelurahan Ballaparang, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar. Kontribusi dan partisipasi mahasiswa, kala itu, terhadap sekolahnya, dapat dirasakan saat SD Inpres Banta-Bantaeng I mengikuti lomba inovasi yang diadakan Pemkot Makassar maupun pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan.
Hadir dalam acara itu, selain mahasiswa dan guru, juga dosen pembimbing, yakni Prof Dr Johar Amir, M.Hum, dosen pembimbing program KM dari Universitas Negeri Makassar (UNM) dan Dr Hajrah, S.Pd, M.Pd, dosen pembimbing lapangan mahasiswa PPG.
Baena mengakui, sekolahnya cukup terbantu dengan kegiatan ini, terutama terkait literasi dan numerasi. Bahkan kalau perlu, katanya, mahasiswa kembali untuk berbagi ilmu kepada anak-anak. Dia mengajak mahasiswa, bila nanti terangkat menjadi guru, pilihlah SD Inpres Banta-Bantaeng I sebagai tempat mengabdi.
"Awal saya masuk, masih kurang kampus mengadakan program di sekolah kami. Namun, belakangan kian bertambah, termasuk dari kampus-kampus swasta.
Prof Dr Johar Amir, meyakini bahwa mahasiswa peserta program Kampus Mengajar bukan saja berbagi ilmu dan pengalaman mereka tapi juga mendapat ilmu selama berada di sekolah ini.
Program Kampus Mengajar dari Kemendikbudristek, memberikan kesempaatan bagi mahasiswa untuk mengasah kemampuan sesuai bakat dan minat dengan terjun langsung ke dunia kerja sebagai persiapan karier masa depan mereka. Mahasiswa Kampus Mengajar ini berasal dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, dan Universitas Indonesia Timur (UIT).
Andi Putri Tanawali, salah seorang mahasiswa program Kampus Mengajar mengatakan, pada awalnya dia dan teman-temannya diarahkan oleh guru pamong untuk mendampingi setiap wali kelas selama seminggu. Setiap minggu mereka di-rolling untuk mendampingi wali kelas berbeda. Tujuannya agar bisa merasakan dan mengelola bagaimana perbedaan mengajar di kelas rendah dan kelas tinggi.
Program berikutnya berupa pembimbingan literasi dan numerasi. Lalu pembenahan mading supaya lebih menarik, indah, dan berisi informasi yang menambah pengetahuan dan wawasan anak-anak.
Selanjutnya, kata Putri, melakukan tes Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), sebagai salah satu syarat terpenuhinya program Kampus Mengajar. Tes ini adalah proses penilaian yang dilakukan untuk mengukur dan memastikan bahwa individu atau kelompok memiliki keterampilan dan pengetahuan minimum yang diperlukan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan tertentu.
"Tes AKM ini dikhususkan untuk kelas 5, diberikan berupa tes tentang literasi dan numerasi," tambah Putri.
Masih ada lagi, pembenahan green house, lalu menanam bibit sawi, terong, tomat serta tanaman toga atau tanaman obat seperti sereh, jahe, dan lengkuas. Tidak kalah serunya, pendampingan ekstrakurikuler, seperti Pramuka.
Kemudian mengadakan Festival Litnum (literasi dan numerasi) dengan aneka lomba seperti kelereng literasi,
Gelinum (games literasi numerasi), cerdas cermat, Basalah atau menebak benar salah, mini book, serta mewarnai dan mendongeng.
Mahasiswa Kampus Mengajar juga menggelar Pesantren Ramadhan, karena saat itu bertepatan dengan bulan puasa. Kegiatan terakhir, yakni perayaan lomba daur ulang, di mana setiap kelas menampilkan hasil karya mereka dari barang -barang yang bisa di daur ulang. (RT)