-->
  • Jelajahi

    Copyright © DiseputarKitaNews.Net
    Best Viral Premium Blogger Templates
    HEADLINE SLIDE DI SEPUTAR KITA NEWS ->> KLIK GAMBAR UNTUK MEMBACA BERITA 👇👇👇

    Kode Iklan Adsense

    Iklan

    Kisah Romeo and Juliet di Londa, Toraja Utara

    Redaksi
    Senin, Maret 25, 2024 WIB Last Updated 2024-03-25T01:01:53Z


    Diseputar Kita News -- Toraja Utara -- Toraja merupakan salah destinasi utama di Sulawesi Selatan, bahkan Indonesia. Daerah ini punya pemandangan alam yang indah, juga budaya yang unik dan menarik.


    Itulah mengapa mahasiswa Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Hasanuddin melakukan kegiatan wisata budaya di sana. Di antara mahasiswa itu adalah Hasna, Haslinda dan Sri Wahyuni. Kedua mahasiswa semester 4 tersebut kemudian mengembangkan temuannya dalam kegiatan studi lapangan dengan judul "Mengenal lebih jauh wisata Goa Londa, di Toraja Utara yang menyimpan cerita menarik". 


    Goa Londa terletak 7 km selatan Rantepao, tepatnya di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara. Goa tersebut terbuat dari batu besar yang dijadikan tempat pemakaman oleh masyarakat Toraja. Tapi yang menarik, pemakaman ini hanya diperuntukan kepada satu rumpun keluarga saja. 


    "Semakin tinggi tempat penyimpanan peti jenazah yang ada di sini maka semakin tinggi pula strata sosialnya," kata Hasna via WhatsApp, Minggu, 24 Maret 2024. 


    Dia masih terkesan setelah mengunjungi tempat itu. Sebelum mereka memasuki goa Londa, mereka sudah disuguhkan dengan keindahan alam yang khas, yakni tebing bebatuan yang menjulang tinggi.


    "Ketika kami memasuki goa Londa tersebut, kami diarahkan oleh satu orang yang bertugas sebagai pemandu," tambah Sri teman kelompok Hasna.


    Dikatakan, selama berada di goa Londa, pemandu itu memberikan penjelasan tentang apa saja yang berada di dalam goa Londa. Begitu mereka masuk ke dalam goa, langsung diperlihatkan oleh pemandu beberapa peti mati yang tersusun di atas pintu goa tersebut.


    "Mengapa peti yang tersimpan di atas hanya peti kecil saja?" Tanya Hasna kepada pemandu wisata Londa.


    Pemandu kemudian menjawab bahwa peti yang tersimpan di bagian atas hanya diperuntukkan bagi anak kecil yang belum tumbuh giginya saat meninggal.

    Setelah itu, rombongan mahasiswa FIB itu diajak masuk lagi melihat beberapa peti yang disimpan. Ada beberapa dari peti itu yang sudah hancur. Terlihat pula tulang-belulang di beberapa sudut. 


    "Saya pribadi sangat kaget karena baru pertama kali melihat secara langsung tulang-belulang manusia hingga tengkorak kepala manusia yang tersusun di goa Londa," ungkap Hasna.


    Menurutnya, yang paling menarik adalah terdapat tulang-belulang dari dua mayat yang disatukan. Berdasarkan cerita yang dituturkan pemandu,i tulang-belulang itu merupakan tulang dari mayat yang menjalin cinta terlarang. Sehingga jalinan cinta kasih antara keduanya tidak direstui.


    "Mengapa mereka pada saat masih hidup dan menjalin asmara, tidak direstui oleh keluarganya?" Sri penasaran, saat bertanya pada pemandu wisata Londa.


    Pemandu pun menjelaskan bahwa keduanya tidak direstui oleh keluarganya karena mereka masih merupakan sepupu satu kali. Itu yang jadi alasan, mengapa mereka tidak dapat restu dari pihak keluarga walaupun keduanya saling cinta.


    Akhirnya, sepasang kekasih itu memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri bersama. Mereka ditemukan sudah menjadi mayat. Maka mayat mereka pun disatukan dalam satu peti lalu disimpan di goa Londa.


    Peti-peti jenazah di Londa sudah sangat lama sehingga dimakan usia, termasuk peti jenazah sepasang kekasih tersebut. Keadaan peti yang sudah hancur mengakibatkan tulang belulang mereka hanya disimpan di tanah saja. Kisah sepasang kekasih ini ada yang menyamakannya dengan kisah Romeo dan Juliet versi Toraja.


    Kunjungan ke Goa Londa, pada Desember 2023 itu sangat berkesan karena sarat nuansa budaya lokal. Hal itu yang membuat Hasna, Haslinda dan Sri Wahyuni menjadikannya kajian untuk mata kuliah Kreativitas dan Literasi Digital. Dosen pengampu mata kuliah ini adalah Dr Sumarlin Rengko HR, SS, M.Hum, akademisi yang juga aktif di beberapa kelompok literasi. 




    Penulis: Rusdin Tompo

    Editor: Redaksi 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    NamaLabel

    +