Diseputar Kita News -- Makassar -- Data diri ini ditulis Citra, setelah dia menyampaikan keinginannya menulis buku kepada Rusdin Tompo, pegiat Sekolah Ramah Anak (SRA), yang juga seorang penulis. Obrolan keduanya terjadi pada Minggu, 12 November 2023, sekira pukul 13.45 wita
Anak pasangan Hirwan dan Riska Wati itu mengaku punya hobi bercerita, menulis, dan dance. Cita-citanya, mau menjadi pengusaha besar. Dia suka pelajaran bahasa Inggris. Sementara alasannya suka menulis karena, katanya, ingin membanggakan orang tua. Juga karena bisa bangga pada karyanya sendiri.
"Saya ingin bangga dengan karya sendiri," tulis Citra dalam bionarasinya yang dikirim melalui WhatsApp.
Dalam obrolan siang itu dia bertanya, apakah nanti di bukunya bisa ditambahkan biodata? Rusdin Tompo, menjawab perlu karena itu bagian dari identitas buku dan menunjukan karyanya. Dia pun membuat "Tentang Penulis" yang menggambarkan siapa dirinya seperti tertera pada awal tulisan ini.
Pada tulisannya yang lain, dia bercerita perihal awal mula dia mengikuti kegiatan minat bakat yang dilakukan di sekolahnya. Istilah minat bakat merupakan kegiatan ekstrakurikuler di SD Negeri Borong, di mana Rusdin Tompo sebagai pendampingnya. Kegiatan ini berlangsung sejak tahun 2018.
Program minat bakat ini diisi dengan kegiatan seni dan literasi. Pesertanya terbuka untuk semua anak yang meminati kedua bidang itu. Rusdin Tompo menggunakan pendekatan hak anak, sebagaimana dinyatakan dalam Konvensi Hak Anak (KHA). Dengan metode itu, dia memberikan ruang bagi anak-anak untuk bermain, berkreasi, mengisi waktu luang dengan kegiatan seni budaya.
"Saya kenal Pak Rusdin dari Icha, teman kelasku. Saya tertarik dengan menggambar tapi saya malas berpikir, mager (malas bergerak). Tapi saya tahu, malas itu tidak boleh berlebihan. Saya pun full semangat," begitu ceritanya yang ditulis tanggal 7 September 2023.
Semua tulisannya dibuat secara manual, ditulis tangan pada lembaran kertas HVS yang dibagikan saat kegiatan minat bakat berlangsung di Perpustakaan Gerbang Ilmu SD Negeri Borong. Tulisan yang dikerjakan di rumahnya, dia tulis pada lembaran buku bergaris, yang nanti dia setor saat pertemuan minat bakat berikutnya. Rerata dia menyetor 3-4 tulisan setiap pekan.
Tema tulisannya cukup beragam. Baca saja judul-judul tulisannya. Citra sudah menulis pengalamannya saat ke Museum Kota, dia menulis tentang HUT Kota Makassar, Hari Ayah, dan guru-guru di sekolahnya. Citra juga menulis cerita tentang keseruan berenang di kolam renang Tirta Lontara milik Kodam XIV Hasanuddin,
Dia juga membuat tulisan yang berkisah tentang kepindahan orangtuanya dari Jakarta ke Makassar karena alasan harga rumah di ibu kota yang mahal. Tulisan lainnya tentang bisnis air kemasan orangtuanya yang menggunakan namanya sebagai merek dagang.
Kumpulan tulisan tangannya itu diketik pada laptop yang sengaja dibawa Rusdin saat minat bakat. Semula penulis dan editor buku itu sendiri yang mengetik. Citra duduk di sampingnya, membacakan tulisan yang dia baru buat atau yang dibawanya dari rumah.
Proses peng-input-an seperti ini sangat membantu naskah tulisan bisa segera diedit. Pengeditan pun dilakukan atas persetujuan penulisnya, dalam hal ini Citra. Pada kesempatan itu, Rusdin juga memberikan edukasi sederhana soal teknis penulisan dan pengembangan ide. Pada tahap ini, dia tetap menjaga orisinalitas tulisan Citra. Menurutnya, menjaga gaya tulisan Citra yang polos apa adanya, jauh lebih penting.
Belakangan, kegiatan pengetikan dibantu oleh teman-temannya. Sekali tempo, Andi Aisyah Ramadhani yang mengetikkan, sembari ditemani Citra. Teman-temannya, antara lain, Nabila, Syafa, Dzafran, juga ada di situ. Jadi ada semangat kebersamaan, gotong royong, dan saling dukung dalam kebaikan. Dari sisi pendekatan hak anak, terasa partisipasi mereka diberi ruang untuk berkreasi dan berekspresi.
Semangat menulis Citra, rupanya menular ke teman lainnya, bahkan ke kakak kelasnya. Suatu malam, ba'da Magrib, dia menjapri Rusdin bahwa ada temannya juga mau ikut menulis. Namanya, Umay, lengkapnya Humairah.
"Assalamualaikum... Hallo Pak, saya Humairah, dari kelas 5A. Saya ingin ikut menulis seperti Citra," sapa Umay kepada Rusdin.
Begitu Umay menyatakan mau bergabung menulis, Citra mengambil inisitif membuat WhatsApp grup (WAG). Dia memberi nama grup itu "Menulis, Menulis, Hebat". Rusdin menyarankan nama grupnya "Penulis Hebat". Namun, WAG itu akhirnya diganti dengan nama "Penulis Hebat SDN Borong".
Berikutnya, ikut bergabung pula Annisa Alya Hidayat, murid kelas 5A. Nisa atau Nice, begitu panggilan akrabnya, juga mau menulis seperti Citra. Lalu Citra juga mengajak Icha, yang disebut sebagai bestienya, masuk grup ini. WAG "Penulis Hebat SDN Borong" pun riuh dengan canda mereka yang saling menimpali.
Kadang ada yang ingin menulis tapi belum punya ide tulisan atau belum tahu, apa yang bakal jadi judul tulisannya. Rusdin pun memberi masukan dan tips sederhana. Misalnya, disarankan menulis hal-hal yang dekat dengan kesehariannya, bisa tentang teman, guru, mainan kesukaan, hewan peliharaan, atau hobinya.
Citra sendiri sangat ingin menulis tentang sahabat-sahabatnya. Dia ingin menulis profil Icha yang suka bernyanyi, Asy Syafa yang sering juara lomba mewarnai dan menggambar, serta Fitriyah Latifah yang jago main bulu tangkis. Rusdin menyampaikan, perlu tanya-tanya teman yang mau ditulis itu, bila ingin mendapat informasi dari dia.
"Dengan banyak tanya atau diajak ngobrol, kita bisa mendapat informasi. Itu namanya wawancara," terang Rusdin yang mantan jurnalis dan kerap jadi fasilitator kegiatan anak itu.
Rusdin punya pengalaman mendorong anak-anak menulis dan menerbitkan buku. Pada tahun 2019, murid-murid SD Negeri Borong menerbitkan karya bersama dengan judul "Perpustakaan Baru". Pada tahun itu pula, Riska Aulia menerbitkan buku kumpulan puisi tunggal berjudul "Pelangi Dalam Kelas". Buku-buku itu sering digunakan untuk menyemangati anak-anak menulis, sebagai contoh konkret bahwa mereka juga bisa menulis buku. (M.khanif)